Video Media Sosial Tunjukkan Api di Rumah Ayatollah Khomeini
Kantor berita semi resmi Tasnim membantah rumah Khomeni terbakar.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Cuplikan video yang tersebar di media sosial menunjukkan rumah kuno mantan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini terbakar. Aktivis mengatakan rumah itu dibakar pengunjuk rasa.
Kantor berita Reuters memverifikasi lokasi dua cuplikan video melalui lengkungan dan gedung-gedung di video itu. Tapi kantor berita semi-resmi Tasnim membantah rumah Khomeini kebakaran dan mengatakan beberapa orang berkumpul di depan rumah itu.
Sementara cuplikan video, Jumat (18/11) menunjukkan puluhan orang bersorak saat api membakar rumah itu. Reuters belum bisa memverifikasi dengan independen kapan video itu diambil.
Jaringan aktivis 1500Tasvir mengatakan insiden itu terjadi pada Kamis (17/11) sore di Kota Khomein, kota kelahiran Khomeini, di selatan Teheran. Rumah itu telah diubah menjadi museum.
“Laporan itu bohong, pintu rumah almarhum pendiri revolusi terbuka untuk publik,” kata Tasnim.
Khomeini meninggal pada tahun 1989. Penggantinya Ayatollah Ali Khamenei, ditekan unjuk rasa sejak kematian perempuan Kurdi Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada 16 September lalu saat ditahan polisi moral Iran.
Dalam video terpisah yang dirilis Tasvir menunjukkan pengunjuk rasa turun ke jalan di beberapa kota di Provinsi Sistan-Baluchistan, termasuk ibukota provinsi Zehedan. Pengunjuk rasa meneriakkan slogan “kematian untuk Khamenei” dan di Chabahar, tempat pengunjuk rasa mencabut dan menginjak-injak plang yang diberi nama Ayatollah Khomeini.
Otentisitas video itu belum dapat diverifikasi dengan mandiri. Kantor berita Tasnim melaporkan unjuk rasa pro-pemerintah di Kota Mashhad di mana dua anggota milisi Basij tewas dibunuh Kamis kemarin.
Kantor berita Garda Revolusi melaporkan dua agen intelijen tewas dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa. Mereka juga mengatakan tiga anggota Garda Revolusi dan Basij lainnya tewas di Teheran dan satu anggota Basij dan satu petugas polisi tewas di Kurdistan.
sumber : Reuters