RI-Bangladesh Capai Kesepakatan Dagang Baru Rp 2,93 Triliun
Kesepakatan dagang RI-Bangladesh ini akan direalisasikan selama tahun 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA — RI-Bangladesh mencapai kesepakatan dagang baru Rp 2,93 triliun pada awal November ini. Peningkatan volume perdagangan kedua negara diperoleh berkat kolaborasi perwakilan RI di Dhaka (KBRI Dhaka) dengan para pengusaha dan pemangku kepentingan lain.
“Ini untuk untuk mendorong pemulihan kerja sama perdagangan kedua negara dan kolaborasi ini telah membuahkan hasil dengan adanya kesepakatan dagang sebesar Rp 2,93 triliun (senilai 189,55 juta dolar AS) yang akan direalisasikan selama tahun 2023,” ujar Minister Counsellor Ekonomi KBRI Dhaka, Raden Usman Effendi dalam keterangan pers yang diterima pada Rabu (2/11/2022).
Raden merinci kesepakatan dagang tersebut meliputi pembelian produk margarin sebesar Rp 725,4 juta, Strec Acid sebesar Rp 2,03 miliar, Soap Nooled atau bahan baku kosmetik dan sabun sebesar Rp 2,91 triliun, Natural Zeolite sebesar Rp 5,27 miliar, Palm Faty Acid sebesar Rp 2,2 miliar, dan RBD Coconut Oil sebesar Rp 13,88 miliar.
Sementara itu Duta Besar RI untuk Bangladesh, Heru H Subolo mengatakan, transaksi dagang kedua negara merupakan suatu pencapaian besar dari pihak perwakilan RI di negara tersebut, Menurutnya peningkatan ini menunjukkan bahwa perdagangan bilateral mulai bangkit kembali setelah sempat lesu akibat pandemi.
“KBRI Dhaka yakin bahwa dalam waktu singkat, angka perdagangan Indonesia-Bangladesh yang sempat lesu akibat pandemi akan segera pulih serta tidak menutup kemungkinan akan membuka lebih banyak transaksi dan kerjasama lain yang lebih besar antara pelaku usaha kedua negara,” ujar Heru.
RI-Bangladesh merupakan dua negara di kawasan Asia yang telah menjalin hubungan bilateral selama 50 tahun. Kedua negara memiliki banyak kesamaan baik budaya, kebiasaan, dan makanan dan dalam menjalin hubungan bilateral, kedua negara melakukan berbagai interaksi dan kerja sama seperti perdagangan.
Heru mencatat pada 2016 nilai total perdagangan kedua negara senilai 1,335 miliar. Pada 2017, nilai perdagangan meningkat 25 persen menjadi 1,669 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar 95,4 persen. “Pada 2018 dan 2019 nilai perdagangan meningkat masing-masing 20 dan 16 persen dan indonesia surplus di atas 90 persen dua tahun itu,” kata Heru.
Neraca perdagangan RI dan Bangladesh pun menunjukkan angka kenaikan secara konsisten yang digunakan sebagai dasar bagi Pemerintah Bangladesh untuk menempatkan Indonesia sebagai mitra dagang ke-6 terbesar setelah China, India, Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang. Sebaliknya, dari catatan Kementerian Perdagangan RI, Bangladesh selalu menjadi salah satu dari 20 negara mitra dagang terbesar Indonesia selama 5 tahun terakhir ini.
Kendati begitu, selama pandemi angka perdagangan kedua negara sempat lesu. Namun setelah pandemi melalui berbagai upaya, KBRI Dhaka mendorong kembali transaksi perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh dengan aktif mengumpulkan para pengusaha dan melakukan berbagai forum bisnis yang dilakukan di beberapa tempat, salah satunya di Kota Chattogram, kota terbesar kedua di Bangladesh.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini