Presiden Paling Lama Menjabat di Dunia akan Perpanjang 43 tahun Masa Berkuasa

Guinea Ekuatorial gelar Pemilu yang diperkirakan dimenangkan Teodoro Obiang Nguema
REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR — Guinea Ekuatorial menggelar pemungutan suara dalam pemilihan umum yang diperkirakan akan kembali dimenangkan Presiden Teodoro Obiang Nguema. Pemimpin berusia 80 tahun itu sudah berkuasa di negara Afrika Barat kaya minyak itu selama 43 tahun.
Lebih dari 400 ribu pemilik suara akan memberikan haknya di negara berpopulasi 1,5 juta orang itu. Pemilih juga akan memilih 100 anggota parlemen majelis rendah, 55 dari 70 senator dan walikota.
Pengamat memperkirakan tidak akan ada kejutan. Obiang–yang kini presiden dengan masa jabatan paling lama yang masih berkuasa di dunia–selalu memenangkan 90 persen suara.
Organisasi pemantau pemilu internasional mempertanyakan keadilan pemilihan di negara yang sudah lama dikritik atas lemahnya kebebasan politik itu. Obiang kembali maju untuk masa jabatan keenam melawan dua kandidat oposisi.
Buenaventura Monsuy Asumu yang melawan Obiang untuk keenam kalinya dan Andrés Esono Ondo yang pertama kali maju dalam pemilihan presiden.
“Pemilihan presiden sepenuhnya tanpa ketegangan,” kata pengamat senior di perusahaan intelijen resiko Verisk Maplecroft, Maja Bovcon, Ahad (20/11/2022).
“Penutupan perbatasan dan pelecehan dan penangkapan pendukung oposisi telah membuka jalan untuk memperpanjang 43 tahun kekuasaan Obiang,” katanya.
Dalam pernyataan terpisah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mendesak pemilihan yang adil dan bebas. Mereka menyinggung laporan intimidasi dan pelecehan terhadap oposisi dan kelompok masyarakat sipil.
Pemerintah membantah laporan itu, menyebutnya sebagai intervensi proses pemilihan. Guinea Ekuatorial hanya memiliki dua presiden sejak merdeka dari Spanyol tahun 1969.
Obiang menggulingkan pamannya Francisco Macias Nguema melalui kudeta tahun 1979. Dalam kampanye terakhirnya, Jumat (18/11/2022) Obiang mengatakan ia memutuskan memajukan pemilihan presiden beberapa bulan dan digelar bersamaan dengan pemilihan legislatif dan pemerintah kota untuk menghemat uang di tengah krisis ekonomi.
Guinea Ekuatorial merupakan negara anggota OPEC dan produsen minyak dan gas yang mencakup tiga perempat pendapatanya. Tetapi beberapa tahun terakhir produksi turun dari 160 ribu barel per hari sekitar tahun 2015 kini menjadi 93 ribu barel per hari.
sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini