Internasional

Permen Legendaris Jepang Gulung Tikar Akibat Inflasi

Sakumaseika Co akan tutup pada Januari karena kenaikan biaya produksi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Permen legendaris Jepang yang sangat ikonik dan dinikmati dari satu generasi ke generasi lainnya terpaksa gulung tikar akibat melonjaknya bahan baku dan energi. Sakumaseika Co yang berbasis di Tokyo pada Rabu (9/11/2022) mengatakan, mereka akan tutup pada Januari karena kenaikan biaya produksi, kekurangan tenaga kerja dan penurunan penjualan produk utamanya yaitu “Sakuma’s Drops”.

Rencana penghentian produksi permen legendaris ini sangat disayangkan oleh sebagian besar warga Jepang. Salah satunya seorang pemilik toko permen Naoe Watanabe (53 tahun). Dia mengingat ketika masa kanak-kanak kerap membeli permen itu dengan uang koin 10 yen.

“Kami selalu memiliki sekaleng di rumah ketika saya masih di sekolah dasar. Rasanya seperti penanda zaman. Sekarang banyak sekali pilihannya, dibandingkan waktu kecil dulu,” ujar Watanabe.

Sakumaseika mengaku sudah bertahun-tahun tidak menaikkan harga produk permennya yang terdiri dari delapan rasa. Sebagian besar perusahaan Jepang ragu-ragu untuk menaikkan harga dan menanggung biaya produksi yang melonjak karena takut kehilangan pelanggan.  Masa depan sekitar 100 karyawan Sakumaseika masih belum pasti, dan perusahaan menolak berkomentar lebih lanjut.

Sakumaseika didirikan pada 1908 oleh pembuat manisan Sojiro Sakuma. Sakumaseika memproduksi permen pada masa Perang Dunia Kedua. Permen legendaris ini menginspirasi raksasa anime Studio Ghibli untuk mengabadikannya dalam film “Grave of the Fireflies” yang dirilis pada 1988.

Pemilik toko makanan ringan di jalan perbelanjaan Tokyo yang populer, Hiroshi Matsuzawa, mengatakan, permen Sakuma’s Drops populer di kalangan konsumen yang lebih tua. Sementara Sakumaseika membuat banyak produk baru yang digandrungi oleh anak-anak dan kaum muda.

Seorang pemilik toko makanan ringan, Teruyo Ishiguro, mengatakan, dia telah berhenti membawa Sakuma’s Drops tahun lalu. Dia mencatat bahwa sebagian besar pembeli permen tersebut merupakan lansia usia 50-an atau lebih.  

“Sangat menyedihkan melihat sesuatu  yang sudah ada begitu lama, kini menghilang,” kata pria yang telah menjual makanan ringan selama lebih dari 60 tahun, kepada Reuters.

 Inflasi grosir mendekati dua digit dan nilai mata uang yen yang lemah telah menekan keuntungan terhadap produsen makanan.  Pada Januari, produsen camilan jagung populer Umaibo menaikkan harga untuk pertama kalinya sejak debut pada 1979. Kenaikan harga Umaibo menjadi berita utama nasional.

Sakumaseika menderita kerugian bersih lebih dari 150 juta yen pada tahun keuangan 2021. Perusahaan permen lainnya yaitu Sakuma Confectionery Co, yang dibentuk ketika manajemennya berpisah dengan Sakumaseika setelah perang, akan terus memproduksi produk serupa. Sakuma Confectionery juga memproduksi Sakuma Drops yang dikemas dalam kaleng serupa tetapi berwarna hijau.

 “Sebagai pesaing, kami merasa sedih dengan berhentinya produksi Sakumaseika. Tapi mungkin kami berusaha lebih keras untuk mencoba  produk baru,” kata juru bicara Sakuma Confectionery.  

sumber : Reuters

Related Articles

Back to top button