Ekonomi dan Bisnis

Menaker Dorong Pesantren Lahirkan Pengusaha Lewat BLK Komunitas

Peserta mengikuti pelatihan mengikir dasar di Balai Latihan Kerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Karawang, Jawa Barat, Senin (18/4/2022). Kementerian Ketenagakerjaan berupaya meningkatkan kompetensi dan kualitas pekerja melalui pelatihan di balai latihan kerja (BLK) pemerintah pusat, BLK pemerintah daerah dan BLK komunitas guna mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/rwa.

Kemenaker gencar menciptakan pelaku inkubator bisnis lewat BLK Komunitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mendorong pengasuh pondok pesantren memaksimalkan keberadaan Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) agar melahirkan santri yang bisa menjadi pengusaha. Saat ini, Kementerian Ketenagakerjaan tengah gencar menciptakan pelaku-pelaku inkubator bisnis lewat BLKK.

“Tentu berharap di antara para bu nyai yang ada di sini yang memiliki BLK Komunitas, kiranya juga mendorong BLK komunitas yang ada menjadi BLK komunitas yang mandiri. Dua tahun kami mendampingi, tapi selebihnya kami berharap mandiri yakni dengan meningkatkan kompetensi untuk kebutuhan pasar kerja maupun kebutuhan melahirkan wirausaha,” kata Menaker pada Senin (7/11/2022) di Semarang, Jawa Tengah, saat menjadi pembicara pada acara Silaturahim Nasional ke-3 Bu Nyai Nusantara.

Dalam upaya melahirkan pengusaha, katanya, saat ini BLKK tidak hanya didesain sebagai sarana pelatihan untuk meningkatkan kompetensi menjadi pekerja. BLKK juga didesain agar melahirkan pengusaha yang berbasis pada keterampilan. 

“BLK Komunitas menjadi inkubator bisnis. Dan alhamdulillah tidak sedikit BLK Komunitas yang sukses membangun unit usaha di pesantren, yang juga tidak sedikit pesantren ternyata melahirkan calon pengusaha. Santri kuat agamanya, tapi dia tidak menjadi beban bagi masyarakatnya, justru menjadi tulang punggung bagi masyarakatnya karena dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang lainnya,” kata Ida. 

Ia pun meminta kepada santri yang akan menjadi pengusaha agar dalam memulai usaha atau bisnis, tidak melulu langsung dari usaha besar, melainkan bisa dari ultramikro atau mikro.

“Bukankah sesuatu yang besar itu dimulai dari yang kecil. Maka jangan ragu memulai meskipun dari yang kecil karena dari yang kecil itulah akan lahir yang besar, akan lahir pengusaha-pengusaha jebolan-jebolan pesantren,” kata dia. 

Related Articles

Back to top button