Kapal Penyelamat Migran Tolak Tinggalkan Pelabuhan Italia
Sekelompok migran menunggu di atas kapal Humanity 1 dari LSM SOS Humanity, di pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, 06 November 2022. Kapal yang membawa 179 migran yang diselamatkan di laut itu awalnya dilarang berlabuh. Menteri Dalam Negeri Italia yang baru mengatakan pada 5 November bahwa pemerintah telah mengadopsi sebuah keputusan untuk mengizinkan kapal itu berlabuh sementara agar hanya anak di bawah umur dan orang-orang yang rentan yang turun.
Foto: EPA-EFE/ORIETTA SCARDINO
Italia menolak membiarkan 35 migran turun dari kapal penyelamat
REPUBLIKA.CO.ID, CATANIA — Kapten kapal penyelamat migran yang dikelola badan amal Jerman SOS Humanity menolak perintah pemerintah Italia untuk meninggalkan pelabuhan Sisilia pada Ahad (6/11/2022). Sikap ini dilakukan usai pihak berwenang menolak untuk membiarkan 35 migran turun dari kapal Humanity 1.
Pemerintah Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menolak slot di pelabuhan untuk empat kapal yang beroperasi di Mediterania tengah yang telah menyelamatkan para migran di laut. Pemerintah Italia hanya mengizinkan para imigran yang diidentifikasi sebagai rentan untuk turun.
Italia memerintahkan Humanity 1 untuk mengosongkan pelabuhan Catania setelah menurunkan 144 migran yang diselamatkan, termasuk dengan anak-anak. Lebih dari 100 anak di bawah umur tanpa pendamping dan orang-orang dengan keadaan darurat medis.
Tapi kapten kapal menolak untuk mematuhi sampai semua korban selamat yang diselamatkan dari kesulitan di laut telah diturunkan. Kapal tetap ditambatkan di pelabuhan dengan 35 migran di dalamnya.
Kapal amal kedua tiba di Catania dan proses pemeriksaan diulangi dengan 572 migran di atas kapal Geo Barents yang dioperasikan oleh Doctors Without Borders. Seleksi selesai pada malam hari, dengan 357 diizinkan tetapi 215 orang diblokir di dalamnya.
Imigran yang membawa keluarga adalah yang pertama meninggalkan kapal. Seorang pria yang menggendong bayi mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Terima kasih, Geo Barents, terima kasih,” saat dia pergi. Seorang pria lain di kursi roda dibawa turun oleh pekerja Palang Merah.
SOS Humanity dan Doctors Without Borders mengeluarkan pernyataan yang menyatakan, semua penumpang rentan setelah diselamatkan di laut. Mereka layak mendapatkan pelabuhan yang aman di bawah hukum internasional.
SOS Humanity mengatakan, berencana untuk mengajukan kasus perdata di Catania untuk memastikan bahwa semua 35 orang yang selamat di kapal memiliki akses ke prosedur suaka formal di darat. Doctors Without Borders menekankan operasi penyelamatan dianggap selesai hanya ketika semua korban telah diturunkan di tempat yang aman.
Rise Above yang dikelola Jerman membawa 93 orang yang diselamatkan di laut mencari posisi yang lebih terlindungi di perairan timur Sisilia karena cuaca. Namun juru bicara Hermine Poschmann mengatakan, kru belum menerima komunikasi apa pun dari pihak berwenang Italia.
Sedangkan Ocean Viking yang dioperasikan oleh badan amal Eropa SOS Mediteranee mengangkut 234 migran di dalamnya tetap berada di perairan internasional, selatan Selat Messina. Juru bicara badan amal itu mengatakan, kapal mereka tidak mendapat instruksi untuk melanjutkan ke pelabuhan Italia, padahal penyelamatan pertamanya adalah 16 hari yang lalu.
Kelompok kemanusiaan, aktivis hak asasi manusia dan dua anggota parlemen Italia yang melakukan perjalanan ke Sisilia memprotes proses seleksi sebagai ilegal dan tidak manusiawi. Menteri Dalam Negeri baru Italia Matteo Pianteosi menargetkan, organisasi non-pemerintah dituduh Italia mendorong perdagangan orang di Laut Mediterania tengah.
Sikap konfrontatif yang diambil oleh pemerintah Meloni mengingatkan pada kebuntuan yang diatur oleh Matteo Salvini selama masa jabatan singkat 2018-2019 sebagai menteri dalam negeri. Dia sekarang menjabat sebagai menteri infrastruktur yang bertanggung jawab atas pelabuhan. Pemerintah baru Italia mendesak negara-negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal-kapal amal harus menerima para migran.
Dalam video Facebook, Salvini mengulangi tuduhannya bahwa kehadiran kapal kemanusiaan mendorong penyelundup. Organisasi non-pemerintah menolak klaim itu dengan mengatakan, mereka diwajibkan oleh hukum laut untuk menyelamatkan orang-orang yang berada dalam kesulitan dan negara-negara pesisir berkewajiban untuk menyediakan pelabuhan yang aman sesegera mungkin.
Amnesty International menyebut sikap Italia itu memalukan. “Italia secara sah mengharapkan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya untuk berbagi tanggung jawab atas orang-orang yang mencari suaka, tetapi ini tidak membenarkan tindakan yang hanya meningkatkan penderitaan orang-orang yang sudah trauma,” kata kelompok itu.
sumber : AP