Ekonomi dan Bisnis

Inovasi Sosial Pertanian Terpadu PEP Sangasanga Field Tingkatkan Perekonomian Petani

Program Tante Siska PEP Sangasanga mengembangkan sistem pertanian sirkular.

REPUBLIKA.CO.ID, TENGGARONG- PT Pertamina EP Sangasanga Field (PEP Sangasanga Field) yang tergabung dalam Zona 9 Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina sukses dalam menjalankan program Pertanian Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria (TANTE SISKA) di Desa Sarijaya, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Program pengembangan kegiatan pertanian  dengan skema ekonomi berputar (circular economy) serta sistem inovasi sosial PEP Sangasanga Field mengedepankan efisiensi dan pengembangan keanekaragaman produk secara ramah lingkungan.

Gondo Irawan, Senior Manager PEP Sangasanga Field, mengatakan TANTE SISKA adalah program pertanian terintegrasi (integrated farming) yang dijalankan sejak 2019. Program  pemberdayaan masyarakat ini mengoptimalisasi proses pertanian terpadu dengan mengintegrasikan empat bidang kegiatan, yaitu peternakan, pupuk organik, pertanian, dan pengembangan. PEP Sangasanga Field menerapkan strategi optimalisasi produk turunan dan pemanfaatan limbah pertanian pada tiap bidang sehingga ramah lingkungan. 

“Salah satu upaya yang kami lakukan dalam merespons penurunan produktivitas dan hilangnya pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh penutupan perusahaan tambang adalah dengan merevitalisasi lahan pasca tambang batubara menjadi lahan pertanian yang efektif,” ujar Gondo dalam keterang pers, Selasa (22/11/2022).

Gondo menyebutkan, tahun ini program TANTE SISKA mengembangkan sistem pertanian sirkularnya dengan membudidayakan unggas. Kotoran unggas kemudian diolah sebagai campuran  pupuk organik yang di produksi Kelompok Setaria. Pupuk unggas dinilai memiliki tingkat  produktivitas yang relatif cepat untuk jenis sayuran yang memiliki jangka waktu panen relatif singkat seperti kangkung dan bayam. “Upaya ini juga dilakukan dengan tujuan mendukung program Kementerian Pertanian untuk menggunakan pupuk organik sebagai nutrisi bagi pertumbuhan tanaman,” katanya.

Tak hanya budidaya  unggas, lanjut Gondo, Kelompok Setarian juga mengembangkan perkebunan telang dan mengolah hasil dari bunga telang tersebut menjadi makanan dan juga minuman yang diberi nama “Sarijiwa”. Bunga telang diketahui memiliki beberapa khasiat salah satunya untuk meningkatkan imunitas tubuh. 

Untuk meningkatkan kualitas dan hasil produksi dari penyulingan sereh wangi, pada 2022 dilakukan pembaruan alat penyulingan yang semula terbuat dari drum saat ini sudah berganti menjadi bahan stainless. Pembaruan alat ini bertujuan agar hasil penyulingan sereh wangi berupa minyak atsiri dan hidrosol memiliki nilai jual yang meningkat dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas. 

“Terdapat inovasi untuk pengairan rumah pembibitan yakni berupa alat sistem pemanen air hujan. Air di Kecamatan Sangasanga sebagian besar dinilai asam sehingga tidak cukup baik untuk perkembangan tumbuhan. Untuk menjaga kesuburan tanaman, penyiraman tanaman pada rumah pembibitan menggunakan air hujan,” ujarnya.

Tak berhenti di situ, inovasi sosial juga dilakukan pada rumah pembibitan berupa vertical garden. Adanya vertical garden dilatarbelakangi terbatasnya lahan pertanian di Sangasanga sehingga inovasi ini muncul agar petani tetap melakukan aktifitas bertani kendati terbatas tidak adanya tanah untuk digarap. “Inovasi vertical garden saat ini mulai direplikasi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Rosella. Sebelumnya KWT rosella ini melakukan aktifitas pertanian di lahan akan tetapi terkendala banjir yang mengakibatkan pertanianya gagal panen,” katanya.

Berdasakan Studi LPPM IPB University pada 2020, salah satu satu inovasi TANTE SISKA, yaitu Inovasi Damkar berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 7,76 ton CO2eq/tahun. Inovasi ini mengubah asap bahan bakar menjadi asap cair dan dapat digunakan sebagai campuran kompos dan pupuk cair. 

Inovasi Damkar merupakan bagian dari Eco-Innovation PEP Sangasanga Field yang terintegrasi dengan nilai- nilai utama perusahaan. Berkat inovasi yang dilakukan, pendapatan kelompok mencapai menjadi Rp354 juta/tahun pada 2021, atau lebih dari 27 juta per bulan. Itu berarti, program ini berhasil merespons permasalahan yang ada di daerah sekitar operasional perusahaan.

Dari segi lingkungan, sebesar 1,61 hektare berhasil direvitalisasi dan digunakan kembali, serta sebanyak 7,76 ton CO2eq/tahun emisi CO2 berhasil dikurangi. Dari sisi segi ekonomi, program ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar Rp354 juta per tahun dan penghematan pembelian pupuk sebesar Rp48,3 juta per tahun. 

Gondo mengatakan, sebanyak 16 petani mengelola pertanian terpadu, 114 anggota kelompok tani lainnya telah memiliki pengetahuan di bidang yang sama, serta sebanyak 677 penerima manfaat dari Program TANTE SISKA. “Kami juga berkolaborasi dengan kelompok masyarakat, pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan pemangku kepentingan lainnya. Beragam kegiatan seperti pengolahan pupuk, pembangungan pembibitan, dan penyulingan minyak atsiri dilakukan dalam program ini,” katanya.

Sutrimo, Ketua Kelompok Tani Setaria, menjelaskan produk yang dihasilkan dari pertanian terpadu di TANTE SISKA menambah pendapatan masyarakat, serta membantu mengatasi permasalahan pembakaran Sekam Padi yang selama ini dilakukan petani. Sebelumnya, TANTE SISKA mendapatkan Sekam Padi gratis, sekarang setelah masyarakat tahu manfaat dari mengelola Sekam Padi membayar Rp  5.000 per kilogram. 

“Itu pun sering kali kami tidak dapat barangnya karena sudah diproses sendiri oleh para petani. Kami bersyukur bahwa program dan ilmu yang kami sampaikan di Kelompok Setaria ini ditiru dan direplikasi oleh masyarakat lain,” katanya.

Program CSR TANTE SISKA Binaan PEP Sangasanga Field berhasil meraih Gold di Ajang E2S Proving League 2022, penghargaan Best Community Program Kategori Emas dalam ajang 14th Annual Global CSR Award 2022 di Hanoi, Vietnam.

Related Articles

Back to top button