Indonesia Masih Kaji Soal Pengiriman Tim Tanggap Darurat ke Turki
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengatakan Pemerintah Indonesia sedang mengkaji apakah akan mengutus regu atau tim tanggap darurat ke Turki..
Foto: Republika/Fergi Nadira
Banyak masyarakat Indonesia yang ingin mengirimkan bantuan ke Turki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia sedang mengkaji apakah akan mengutus regu atau tim tanggap darurat ke Turki. Namun, sudah terdapat lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyatakan siap mengerahkan timnya ke Turki.
“Mengenai tim tanggap darurat, sedang dibahas sekarang oleh kementerian terkait. Kita mencatat adanya antusiasme dari beberapa NGO (non-government organization) yang memang siap mengirimkan personel mereka di wilayah yang sedang mengalami bencana sebagai tim yang sudah terlatih untuk tanggap darurat,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah dalam pengarahan pers, Selasa (7/2/2023).
Dia mengungkapkan, untuk saat ini Kemenlu berupaya mengoordinasikan banyaknya minat masyarakat yang ingin mengirimkan bantuan ke Turki. “Jadi itu yang sedang kami koordinasikan, untuk juga melihat animo dari sumber di masyarakat, yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan. Namun dari sisi pemerintah sendiri, sedang dilakukan pembahasan dalam bentuk apa bantuan akan diberikan,” ucapnya.
Untuk bantuan awal kepada Turki, Indonesia telah mengirimkan satu kontainer bahan makanan. “Bantuan satu kontainer makanan itu lebih bersifat bantuan awal yang diberikan pemerintah. Apakah bentuk bantuan selanjutnya, itu sedang dibahas di Jakarta oleh kementerian yang memang memiliki tanggung jawab terkait pemberian bantuan dalam kondisi darurat kemanusiaan,” ungkap Teuku.
Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal mengungkapkan, bantuan makanan sebanyak satu kontainer itu akan diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Turki. “Ini adalah gelombang pertama bantuan kemanusiaan dari Pemerintah Indonesia sambil menunggu bantuan tahap-tahap berikutnya yang sedang dipersiapkan saat ini oleh pusat,” ucapnya dalam pengarahan pers bersama Kemenlu.
Dia mengatakan, isi dari kontainer tersebut kebanyakan adalah mie instan gelas, yakni sebanyak 2.000 karton. Menurut Lalu, pasca gempa, terjadi pembelian panik atau panic buying yang menyebabkan KBRI Ankara hanya bisa memperoleh mie instan. Selain itu, di dalam kontainer pun terdapat kompor gas portabel.
Pada Senin (6/2/2023) lalu sekitar pukul 04:17 pagi, gempa bermagnitudo 7,8 mengguncang Turki. Menurut otoritas penanggulangan bencana Turki, AFAD, pusat gempa berada di Distrik Pazarcik di Provinsi Kahramanmaras. Gempa terjadi pada kedalaman tujuh kilometer.
Beberapa menit kemudian terjadi gempa susulan bermagnitudo 6,4 dan 6,5 yang berpusat di Nurdagi, Provinsi Gaziantep. Selain di Gaziantep, gempa susulan turut terasa di beberapa wilayah lainnya di Turki, antara lain Sanliurfa, Diyarbakir, Adana, Adiyama, Malatya, Osmaniye, Hatay, dan Kilis. Turki mencatatkan lebih dari 70 gempa susulan.
Hingga Selasa (7/2/2023), menurut laporan kantor berita Turki, Anadolu Agency, jumlah korban meninggal di negara tersebut telah menembus lebih dari 3.300 jiwa. Sedangkan korban luka melampaui 15.800 orang. Sementara itu Suriah yang turut terdampak gempa telah melaporkan sedikitnya 1.600 kematian.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini