Grand Syekh Al Azhar Ajak Tokoh Agama Lebih Vokal Suarakan Ancaman Perubahan Iklim
Islam mengharuskan umatnya menjaga lingkungan hidup
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) yang juga Grand Shyekh Al-Azhar, Prof Ahmad Al-Tayeb, menegaskan Islam mengharuskan umatnya menjaga lingkungan hidup, mengembangkan dan melestarikan sumber dayanya. Islam melarang aksi menebang pohon dan tumbuh-tumbuhan atau menenggelamkannya ke dalam air untuk tujuan merusak.
Dalam pertemuan reguler ke-16 MHM di Manama, Bahrain, ia mengingatkan kerusakan yang terjadi di muka bumi dan sikap sewenang-wenang terhadap sumber daya alam, di mana manusia diberi amanat untuk menjaga dan memakmurkannya, adalah sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Allah di alam raya yang luas ini.
Lebih lanjut, ia menyebut orang yang mengetahui besarnya biaya yang diperlukan untuk mengatasi krisis perubahan iklim, terutama mengingat praktik negara-negara industri besar menahan dana yang dibutuhkan secara moral dan manusiawi, pasti akan merasa ngeri dan takut.
“Kita, para pemuka dan tokoh agama, punya kewajiban untuk menyuarakan hal ini kepada para pemegang kebijakan dan pemilik kekayaan besar,” katanya dalam teks yang diterima Republika, Sabtu (5/11/2022).
Menurut Grand Syekh, pemegang kebijakan dan pemodal harus berpikir tentang masa depan mereka sebelum masa depan orang lain. Mereka harus berbuat, suka atau tidak suka, untuk mengatasi bencana ini.
“Tidak penting bagi kita apakah mereka mau mendengarkan seruan kita atau mau menutup telinga. Jalan yang kita tempuh, sebagai pemeluk agama samawi, adalah jalan Nabi yang mendapat wahyu dari atas langit ketujuh: ‘Sesungguhnya kamu hanya bertugas menyampaikan’,” ujar dia.
Diketahui Majelis Hukama Muslimin menyelenggarakan sidang ke-16 dengan tema “Dialog Antaragama dan Tantangan Abad Ke-21” di Masjid Istana Sakhir, Manama, Bahrain.
Sidang tahunan itu dipimpin langsung Ketua MHM dan Grand Shekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb, bersama Pemimpin Gereja Katolik Sri Paus Fransiskus.
Sidang tahunan MHM diselenggarakan setelah berakhirnya penyelenggaraan Forum Dialog Bahrain dengan tema “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia” pada 3 dan 4 November 2022. Forum tersebut dihadiri oleh Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini